SENDAWAR, Infokubar.id – Masyarakat Kutai Barat (Kubar) kembali boleh berbangga. Pasalnya mereka kembali berhasil mencatatkan diri dalam sejarah Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dalam kategori penggunaan anjat terbanyak.
Momen ini terjadi pada puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-24 Kubar yang digelar di Taman Budaya Sendawar (TBS) Kecamatan Barong Tongkok, Minggu (5/11/2023) kemarin. Pihak MURI mencatat sebanyak 10.790 peserta memakai anjat para perayaan ini.
Anjat atau Gawaakng dalam bahasa setempat merupakan adalah tas berbentuk bundar yang terbuat dari rotan yang merupakan hasil kerajinan anyam suku Dayak Kalimantan Timur. Bentuknya menyerupai tabung, dikenakan di punggung seperti ransel serta kerap digunakan masyarakat membawa peralatan berkebun maupun berburu.
Belasan ribu masyarakat menghadiri puncak perayaan hari jadi kabupaten yang dikenal dengan istilah Dangai Ehau (Dahau) kali ini. Mereka datang sejak pagi hari memakai baju adat masing-masing serta membawa tas anjat.
Direktur Marketing (MURI) Awan Rahargo mengatakan Kabupaten Kubar menjadi kabupaten yang produktif mencetak rekor di Indonesia. Pada 2018 lalu tercatat MURI sebagai Laki-laki Bermandau Terbanyak (3.000 Orang) dan Wanita Menumpar Terbanyak (2.200 Orang), lalu pada 2022 dengan Seraung Peserta Terbanyak (11.553 orang).
“Hari ini, di hari jadi ke-24 tahun Kubar kembali mengokohkan sebagai Kabupaten penyelenggaraan pemecahan rekor MURI dengan peserta terbanyak memakai Gawaakng atau anjat dengan peserta terbanyak tidak hanya di Indonesia tapi dunia,” ucap Awan Rahargo sambil menyerahkan piagam MURI kepada Yapan.
Awan menyebut pihaknya terus mendorong pencatatan rekor MURI di berbagai daerah. Dengan keragaman dan kekayaaan tradisi budaya Indonesia, pemecahan rekor MURI dapat menjadi salah satu pembuktian identitas kebesaran bangsa.
“Kami sangat selektif dalam pengajuan usulan pencatatan rekor. Kami utamakan, pencatatan rekor yang mengandung nilai-nilai edukasi dan pelestarian budaya,” jelas Awan.
Terpisah, Bupati Kubar FX Yapan dalam wawancara seusai acara mengatakan penggunaan anjat dalam jumlah besar ini merupakan bagian dari upaya melestarikan tradisi budaya yang sangat berarti bagi masyarakat Dayak. Ia juga menyebut tas anjat sudah menjadi identitas khas Kubar yang turun temurun dijaga dan terus dilestarikan oleh pemerintah daerah.
“Anjat itu tas anyaman rotan khas suku Dayak yang merupakan produk kearifan lokal. Kita jaga terus tradisi penggunaan anjat ini sebagai bentuk pelestarian budaya,” sebutnya. (Adv/Diskominfo Kubar)
Penulis: Fitra Mayca | Editor: Lukman Hakim