SENDAWAR, Infokubar.id – Bocah malang berusia 9 tahun itu telah dimakamkan di tempat peristirahatan terakhirnya. Namun, penyebab kematiannya masih terasa janggal.
Lima hari pasca ditemukan dalam kondisi mengenaskan, kasus kematian yang menimpa Amellinda Sari alias Amel belum juga terungkap. Bocah asal Kampung Jengan Danum, Kecamatan Damai yang duduk di bangku kelas 3 SD itu masih menyisakan duka bagi keluarga. Selain itu, kematiannya pun dianggap tak wajar setelah dinyatakan hilang sekitar 13 hari sejak 1 Agustus lalu.
Jasadnya ditemukan sekitar 1 kilometer dari rumahnya di daerah rawa-rawa pinggiran sungai Pesikng dalam keadaan tak utuh. Ketika ditemukan celana dan sandal korban terpisah jauh dari jasadnya yang separuh terkubur di dalam lumpur. Bahkan kepala korban tampak tidak berambut padahal Amel berambut panjang.
Polisi sampai saat ini masih terus melakukan penyelidikan. Pengumpulan bukti-bukti serta meminta keterangan sejumlah saksi telah dilakukan. Teranyar, autopsi sebagai salah satu kunci pengungkapan penyebab kematian mendiang Amel juga akan diupayakan.
Kasat Reskrim AKP Asriadi, mengatakan pihaknya akan menggelar autopsi terhadap jenazah Amel di RSUD Harapan Insan Sendawar pada Selasa (20/8/2024) pekan depan.
“Hasil komunikasi kita dengan penasihat hukum dan keluarga almarhum disetujui untuk kita lakukan autopsi yang direncanakan hari Selasa (pekan depan),” ujar Asriadi usai apel upacara HUT RI di Taman Budaya Sendawar.
Autopsi akan dilakukan diawali dengan membongkar makam almarhum. Bahkan, dokter forensik dihadirkan langsung dari Balikpapan.
“Karena Amel sudah dikubur dua hari yang lalu kita akan melakukan pembongkaran. Kemudian kita akan melakukan autopsi di HIS,” sambungnya.
Asriadi menerangkan seluruh proses penyelidikan menjadi tanggungan negara, termasuk autopsi yang akan digelar. Ia juga mengajak masyarakat secara terbuka untuk ikut menyaksikan proses penyelidikan yang berlangsung nantinya.
“Kegiatan ini menjadi atensi pimpinan kami agar kematian Amel betul-betul bisa kita ungkap penyebabnya. Agar masyarakat tidak liar memahami informasi yang berkembang,” tandasnya. (*)
Penulis: Fitra Mayca | Editor: Lukman Hakim
