SENDAWAR, infokubar.id – Kasus pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di Kutai Barat (Kubar) kian bertambah tiap harinya. Bahkan penanganannya dianggap kurang mendapat perhatian dari dinas terkait.
Wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kubar menyebut banyak masyarakat yang menjalani isoman tidak mendapat bantuan bahan pokok. Hal ini diduga turut menjadi penyebab penularan kian bertambah karena kebutuhan hidup yang tidak tercukupi sehingga terpaksa beraktivitas di luar.
“Mereka tidak bisa menerima bantuan sosial sembako karena belum ada hasil PCR-nya. Sekarang rata-rata 10 hari baru keluar hasilnya. Jadi 10 hari suruh jangan makan jangan minum kamu kurung aja dalam kamar, kan kalau kita terjemahkan ya seperti itu,” ujar Ridwai berspekulasi.
Hal ini disampaikannya saat rapat kerja dengan tim Satgas Covid-19 Kubar di Ruang Rapat Komisi Gedung Dewan, Rabu (04/08) lalu.
Politisi PDIP ini berujar, ada dua kategori warga yang menjalani isoman. Pertama orang yang sudah tahu hasilnya positif. Kedua warga yang masih menunggu hasil tes atau memiliki kontak erat dengan pasien positif sehingga diwajibkan menjalani isoman.
Menurutnya kedua kategori itu harusnya sama-sama mendapat bantuan sosial (bansos). Namun kenyataan di lapangan hanya pasien positif yang diberi bantuan. Itupun masih banyak warga yang melapor tidak dapat bantuan.
Menurut penelusuran ketua dewan ini di lapangan, perhatian dari pemerintah terhadap mereka yang dinyatakan terpapar disebut masih kurang sehingga diperlukan pengawasan secara ketat.
“Orang isoman itu ada yang tidak tahu mereka itu sakit atau tidak, karena ada yang batuk-batuk, ada meriang jadi mereka yang sadar itu ya isolasi. Makanya saya bilang kalau kita tidak cepat, mati semua kita. Jadi tolonglah kita cari jalan keluarnya,” pungkas Ridwai.
Sementara anggota DPRD Partai Amanat Nasional (PAN) Rita Asmara Dewi menyampaikan bukti jika warga di sekitar rumahnya di kampung Ombau Asa juga tidak mendapat bansos. Padahal mereka adalah pasien positif yang menjalani isoman.
“Saya tidak bicara orang lain keluarga saya sudah dua kali terpapar dan puji Tuhan keluarga inti saya belum dan jangan sampai. Di kampung kami orang yang positif, kita lapor aparat kampung tidak ada reaksi. Jangankan dikasih bantuan, cek saja tidak. Ini di tempat saya sendiri, jadi jelas yang namanya bantuan itu tidak ada,” ungkap Rita Asmara.
Ia menambahkan kondisi ini dapat diperparah bagi golongan masyarakat kurang mampu yang bekerja harian. Menurutnya justru faktor kelaparan yang bisa menjadi penyebab kematian masyarakat.
“Bagaimana dengan masyarakat yang memang tidak mampu, yang mohon maaf mencari makanan secara harian. Dilarang pula keluar rumah. Matilah orang-orang kalau begini caranya. Mati bukan karena covid tapi karena kelaparan,” imbuhnya.
Menanggapi tudingan itu, Kepala Dinas Kesehatan Kubar, dr. Ritawati Sinaga, M.Si membantah jika pihaknya dianggap kurang pro aktif dalam menangani pasien isoman. Sebab, seluruh data pasien isoman sudah diserahkan ke puskesmas.
Ia menyangkal, tidak semua orang bisa memegang data pasien corona dengan alasan melindungi privasi pasien. Alasan lainnya ada pihak yang memboncengi data pasien untuk kepentingan pribadi bahkan ada indikasi memanipulasi permohonan bantuan alias penipuan.
“Kalau untuk data yang terkonfirmasi, rekapitulasinya kami sudah bersurat ke dinas sosial bahkan kami datang bawa. Tapi tolong dijaga segala identitas dari yang terkonfirmasi positif. Karena sekarang ini banyak penipuan,” ujar Rita.
“Sedangkan kami dari dinas kesehatan aja mau dapat bantuan oksigen minta KTP pasien-pasien yang terkonfirmasi kami tidak kasih karena itu penipuan. Jadi kita hati-hati, makanya bagi yang mau dibantu pengennya gitu, tapi saya bilang sama kepala gudangnya jangan dikasi, ada hampir-hampir itu (disalahgunakan),” imbuh Rita di rapat kerja DPRD Kubar. (*)
Penulis : Fitra Mayca
Editor : Redaksi infokubar.id